Beauty and the Beast (2017)

6.5/10 dari 2 reviewer
2478 viewer

Tanggal Rilis Beauty and the Beast: 17 Maret 2017 (Amerika Serikat)

Beauty and the Beast berkisah tentang Belle, wanita muda yang ditawan di sebuah kastil oleh sesosok makhluk bernama Beast. Meski awalnya merasa tak kerasan, lambat laun Belle menjadi betah di sana. Ia berteman dengan para pengurus kastil dan sanggup "mengenali" sosok Beast sebenarnya: seorang pangeran berhati lembut. Namun tak lama kemudian, ancaman datang dari ambisi Gaston yang ingin memenangkan hati Belle dengan segala cara, termasuk menghasut penduduk desa untuk memburu Beast. Bagaimanakah kisah Belle dan Beast selanjutnya?

Tokoh Belle dalam film ini diperankan oleh Emma Watson, bintang muda yang melejit lewat franchise Harry Potter. Sementara itu, Luke Evans dan Dan Stevens masing-masing kebagian peran sebagai Gaston dan Beast. Diluncurkan sebagai versi live action dari film animasi aslinya di tahun 1991, Beauty and the Beast dikemas dalam format drama musikal.

Judul Film : Beauty and the Beast
Kategori: Film Barat, Film Hollywood
Rumah Produksi: Walt Disney Pictures, Mandeville Films, Walt Disney Studios Motion Pictures (Distributor)
Genre: Fantasi, Romantis, Drama, Musikal
Sutradara: Bill Condon
Produser: David Hoberman, Todd Lieberman
Penulis Naskah: Stephen Chbosky, Evan Spiliotopoulos, Bill Condon
Penata Musik: Alan Menken
Soundtrack: Josh Groban
Pemeran: Emma Watson, Dan Stevens, Luke Evans, Kevin Kline, Josh Gad, Ewan McGregor, Stanley Tucci, Gugu Mbatha-Raw, Audra McDonald, Ian McKellen, Emma Thompson
Rating IMDb: 7.8/10
Rating RottenTomatoes: 71%
Rating Metacritic: 65/100
Trailer Beauty and the Beast
Berita dan Artikel Terkait
Review Beauty and the Beast

Tulis Review Film Ini:
Review :
Mengizinkan Penggunaan BBCode: [spoiler]SPOILER DITULIS DI SINI[/spoiler]
   

2 orang mereview film ini

Tertolong Plot Yang Tidak Original Dan Production Design

Oleh Retno Santika  21 Maret 2017
tertarik nonton beauty and the beast sebetulnya karena dan stevens, si aktor british yg udah gue bidik sejak di jaman downton abbey. plus, karena gue demen sama film fantasi, tertarik pulalah sama atmosfir film ini yg emang kental banget sama unsur fairy tale ala2 disney.

mungkin krn ekspektasi gue udah biasa aja.. jadinya g kecewa banget setelah tau ni film jadinya kaya apa. ya.. itung2 buat cuci mata gitulah, memanjakan selera fantasi gue. soalnya gue sempet nekad nonton the huntsman & alice through the looking glass despite their hideous reviews, tpi ternyata, unexpectedly gue lumayan enjoy nontonnya.

cuman ya karena gue udah hobi nonton film, jiwa2 sok pengamat gue tetep aja muncul hehehe. dari segi plot kayanya agak susah komentarin, krn disney ambil safe bet dgn sticking it faithfully with the original story. tapi yg paling mengganjal menurut gue adalah performance si emma watson yg kurang convincing. plus, amunisi sekeren dan stevens kurang dimaksimalin bgt karena film ini kaya bingung mo fokus dimana.. kisahnya belle atau kekonyolannya gaston.

padahal ya, si dan stevens itu bisa perform dgn kharisma luar biasa di the guest. emang disayangkan, aktor dgn depth dan skill sperti dia musti menjajal karir di film mainstream yg cheesy sprti beauty and the beast. Plus, his chemistry with michelle dockery is like 1000x better than with watson, who's still struggling to shed her teen actress image.

lanjut ke segi lainnya.. satu lagi yg mnurut gue kurang dri film ini adalah konten dialog. okay it's a musical, but it's like the screenwriters did'nt put in any effort in writing the dialogues. Jadi bisa dikatakan, beauty and the beast tertolong sama plot yg sudah jadi dari film aslinya, dan production design yg keliatan banget didukung budget besar.

so much for the wuss of this movie's promotion, but i think disney needs to step up it's game if it wants to deliver more quality rather than quantity. Apalagi, konsep live action dari film2 animasi yg udah ada, g jauh beda sama reboot film yg pastinya lacks originality. Even worse, there's almost nothing new to excite audience. Yah, semoga saja rencana live action disney dlm beberapa tahun ke depan ini nggak menandakan kalo mereka udah mulai kehabisan ide menggagas film2 baru yg bener2 original...

Representasi Standar Dongeng Klasik Disney

Oleh Anna Muttaqien  21 Maret 2017
Film Beauty and the Beast ini merupakan profil dongeng klasik Disney, baik sisi bagus maupun sisi jeleknya. Mulai dari ragam karakter menarik, transisi intro-klimaks-ending yang slow di awal lalu makin cepat, setting mewah, hingga character development yang gagal.

Di sini ada seorang putri yang sangat cantik tapi juga terdidik, seorang pangeran yang menghadapi tantangan, tokoh antagonis narsis tapi bodoh, figuran cerdas dan lucu-lucu. Dilihat dari setting, dekorasi, musik, kostum, semuanya digarap dengan tidak tanggung-tanggung. Visual sangat memanjakan penonton. Akting kedua tokoh utamanya pun patut mendapatkan pujian, terutama di arc menjelang penghujung film yang sangat menegangkan, mampu membuat hati bergolak biarpun sudah tahu akhirnya pasti bakal happy ending.

Hanya saja, karakter Beast sebelum berjumpa dengan Belle kurang tergali. Di awal film, kamera justru lebih banyak menyoroti si antagonis Gaston, hingga beberapa menit berharga habis dimakan aksi narsistisnya yang sangat cringeworthy...hanya untuk Gaston jatuh begitu saja menjelang akhir cerita tanpa kejelasan bagaimana nasibnya. Demikian pula karakter Belle yang meskipun disebut-sebut pintar dan suka membaca, tetapi tindakannya kelihatan lebih impulsif daripada rasional. Dan sang penyihir wanita yang eksistensinya misterius dari awal hingga penghabisan, mengaburkan alasan mengapa dia dahulu mengutuk sang pangeran. 

Pun, Le Fou yang sampai memicu kontroversi karena disebut-sebut gay...ternyata tidak terlihat sama sekali gay-nya di sebelah mana. Barangkali Disney sendiri tak merasa mantap untuk menghadirkan karakter gay di dalam film-nya, sehingga kemunculan Le Fou jadi tetap standar lackey biasa.

Selain itu, film Beauty and the Beast versi ber-subtitel Indonesia bertaburan dengan mismatched details yang cukup mengganggu bagi pemerhati. Umpamanya, penggunaan kata cool yang diterjemahkan sebagai tampan, dan sederetan ungkapan modern lainnya, yang tentu kurang cocok dengan latar film di Prancis jaman jadul. Terjemahan lagu juga terasa awkward dan semestinya bisa dibuat menjadi lebih puitis.
Review & Trailer Lainnya
Berita Popular


Artikel Popular