Rahasia Sukses Penulis Lirik Lagu Film India (Bagian 1)

Anna Muttaqien View: 2547

Ada dua hal yang tak pernah lepas dari film India, yaitu tarian dan lagu-lagu yang ear-catchy. Dalam hal ini, peran koreografer dan penulis lirik lagu serta komposer sangat penting. Kadangkala, populer atau tidaknya suatu lagu saja bisa menentukan apakah sebuah film bakal nangkring di peringkat satu atau dua box office Bollywood. Salah satunya, Amitabh Bhattacharya, penulis lagu hit Gerua bagi Dilwale (2015).

Amitabh Bhattacharya datang ke Mumbai pada tahun 1999 untuk menjadi playback singer. Namun karirnya mulai meroket ke arah yang berbeda setelah lagu yang ditulisnya untuk Aamir (2008) dan Dev.D (2009) direspon hangat oleh publik dan kritikus. Sejak saat itu, ia menjadi salah satu penulis lirik lagu terkemuka di Bollywood, dan berkarya di sejumlah film Bollywood populer seperti Udaan (2010), Band Baaja Baaraat (2010), Agneepath (2012), Yeh Jawaani Hai Deewani (2013), Lootera (2013), Chennai Express (2013) dan Bajrangi Bhaijaan (2015). Ia bahkan berhasil meraih penghargaan nasional India sebagai penulis lirik lagu terbaik.

Berbeda dengan AR Rahman, komposer India yang meraih Oscar untuk Slumdog Millionaire (2009), Bhattacharya tidak berasal dari keluarga pemusik. Ayahnya hanyalah seorang pegawai negeri, sementara Ibunya adalah ibu rumah tangga biasa. Jadi, bagaimana ia bisa sukses di Bollywood? Wartawan dari Scroll.in, Akshay Manwani, baru-baru ini mewawancarai Bhattacharya untuk menggali lebih dalam tentang pengalamannya dan pandangannya tentang peran lagu dalam film India kontemporer. Berikut sedikit kutipan dari wawancara yang amat menarik tersebut.

Chennai ExpressAnda tidak secara khusus berusaha menjadi penulis lirik, tetapi sekarang setelah menjadi (penulis lirik), apa yang Anda lakukan untuk meningkatkan kosakata Anda atau metafor Anda?

Lupakan latar belakang dalam penulisan lirik.

Biasanya, seseorang yang menulis lirik akan menyimpan sebuah diary dimana ia menulis beberapa jenis puisi. Saya tidak pernah menulis apapun sebelum datang ke Mumbai. Saya pernah membaca beberapa puisi berbahasa Hindi di sekolah, tetapi itulah satu-satunya hubungan saya dengan literatur Hindi. Saya tidak secara sengaja mengerjakan PR apapun untuk meningkatkan kosakata saya. Juga, saya bukan pembaca yang sangat tekun. Sumber informasi saya sejauh ini, sumber saya adalah media secara umum, orang-orang yang kita temui.

Saya hanya menulis (lirik) untuk nada-nada. Saya tidak pernah menulis apapun untuk diri saya sendiri. Nada-nada menginspirasi saya - komposer yang berkerja dengan baik, atau proyek yang menarik, yang punya karakter-karakter menawan, yang memberi saya perasaan bahwa disana bisa ada lagu-lagu yang bagus.

Saya dibesarkan di Lucknow. Saya telah mendengar lehja (diksi, pelafalan) yang benar. Saya telah tinggal 15-16 tahun di Mumbai dan karenanya bahasa saya bisa jadi agak terkikis, tetapi saya telah mengetahui dialek Hindi yang benar. Juga, sebagai seseorang yang ingin jadi penyanyi, saya hanya pernah mendengar lagu-lagu film. Lagu-lagu dari film-film lama dengan sendirinya adalah perpustakaan, suatu sumber bahan materi. Jadi lehja, penggunaan, metafor, idiom, semuanya sudah ada di dalam diri saya. Ketika saya mendapatkan nada yang tepat, proyek yang tepat, karakter-karakter yang tepat, semuanya bergabung menjadi satu dalam penulisan lagu saya.

AnkaheeAda rasa kontemporer yang nyata dalam penulisan lagu Anda, seperti di
'Chai mein dooba biscuit ho gaya' atau 'Khooni Monday kyun aaya khoon choos ne' atau 'Dil hua Milkha, badi tez bhaagey re' dari lagu hit terbaru Anda ‘Manma emotion jaagey’. Apakah itu muncul dari pengamatan pada bahasa sehari-hari?

Lagi-lagi, ini terjadi secara tak disengaja. Setelah bertahun-tahun, saya telah menyadari bahwa saya memiliki ketrampilan untuk (menemukan) sesuatu yang menarik secara fonetik. Dalam suatu nada tertentu, disana bisa jadi ada suatu kata atau frasa yang bisa jadi sangat catchy untuk didengarkan. Seperti (mulai menyanyi) "Oh meri jaan, oh meri jaan, mere ko majnu bana kar, kahaan chal di, kahaan chal di, pyaar ki pungi baja kar…" disitu ada suatu suara yang bisa saya dengar di dalam kepala saya.

Apa yang kita temukan dalam penggunaan sehari-hari, apa yang kita bicarakan, jika masuk dalam suatu lagu, saya rasa (itu) menciptakan sebuah koneksi. Contohnya "Chai mein dooba biscuit ho gaya" bukan dibuat karena fonetiknya, tetapi karena itu benar-benar terjadi. Saat saya mengerjakan 'Ainvayee Ainvayee Lut Gaya' (Band Baaja Baaraat, 2010) bersama Salim-Sulaiman, beberapa pekan sebelumnya kami mengerjakan 'Bari Barsi Khatan Gaya Si'. Saya berada di studio mereka. Disana ada tea break dan disajikan biskuit. Saat itu saya berpikir tentang kebiasaan mencelupkan biskuit ke teh, sejauh yang saya tahu, ini kebiasaan yang agak ke-Inggris-an. Dimana lagi orang melakukan ini? Apakah hanya orang India yang melakukan ini? Mereka tidak tahu pastinya, tetapi mengatakan ya, kebiasaan ini sangat India. Itu terngiang-ingat di kepala saya. Dan kemudian ketika saya menulis lagu ini, saya tidak tahu kenapa, tetapi saya pikir, "chai mein dooba hua biscuit". Setiap orang India dari Kashmir ke Kanyakumari, atau orang India dimanapun di dunia, bisa memahaminya.

bersambung ke Rahasia Sukses Penulis Lirik Lagu Film India (Bagian 2)

Anna Muttaqien

Kontributor sekaligus editor di Sinemapedia. Hobi menulis, membaca, nonton, plus nggosip apa saja yang hubungannya dengan Asia dan Jepang. Mulai suka anime dan manga sejak tahun 90-an, berlanjut sampai sekarang.

Lihat profil selengkapnya






Artikel Lain
Review Film




Berita Popular




Review Pembaca
ivan menulis "."
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 3: Final Mission >>
kevin menulis "ini di indo perkiraan masuk kapan ya "
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 3: Final Mission >>
Jakli Blythe menulis "katnya bluraynya mau keluar bulan februari lah sekaranh udah maret masih blom kluar juga hadeh"
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 2: End Of Sky >>
Dimas yosua cahyo menulis "Gimana yaa cara nonton high & low yg ini,,  saya penasaran sama kelanjutan film nyaa,,  tolong kasih link plis"
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 2: End Of Sky >>