Kartini (2017)
8.5/10 dari 2 reviewerTanggal rilis Kartini: 19 April 2017 (Indonesia)
Film Kartini menuturkan kembali kisah perjuangan pahlawan nasional Raden Ajeng Kartini dengan diperankan oleh aktris berbakat Dian Sastrowardoyo.
Indonesia di awal tahun 1900 masih di bawah pendudukan Belanda. Pada masa itu, hanya para pria ningrat yang diperbolehkan bersekolah dan menjejak pendidikan tinggi. Sementara wanita-wanita Jawa dibesarkan hanya dengan satu tujuan: untuk menjadi istri seseorang.
Kartini tumbuh besar dengan menyaksikan ibu kandungnya, Ngasirah, diperlakukan layaknya pembantu hanya karena tak berdarah bangsawan dan sang ayah tak mampu melawan tradisi. Dengan latar belakang demikian, Kartini memperjuangkan kesetaraan bagi semua orang, khususnya pendidikan bagi perempuan. Bersama kedua adiknya, ia pun membuat sekolah untuk kaum miskin dan menciptakan lapangan kerja bagi rakyat.
Judul Film : Kartini |
Kategori: Film Indonesia |
Rumah Produksi: Legacy Pictures, Screenplay Films, Robert Ronny Production |
Genre: Biografi, Drama, Adaptasi Sejarah |
Sutradara: Hanung Bramantyo |
Produser: Robert Ronny |
Penulis Naskah: Bagus Bramanti, Hanung Bramantyo |
Pemeran: Dian Sastrowardoyo, Acha Septriasa, Ayushita Nugraha, Reza Rahadian, Christine Hakim |
Tulis Review Film Ini:
Film Terbaik Indonesia Awal Tahun 2017 Ini
Perjuangan RA Kartini digambarkan dengan sangat mengharukan dalam film besutan Hanung Bramantyo ini, dengan kualitas di atas rata-rata film Indonesia pada umumnya. Akting para pemainnya tak perlu dipertanyakan lagi. Meski sebagian figuran nampak agak awkward, tetapi tokoh-tokoh utamanya mampu menunjukkan penampilan meyakinkan. Setting film dan kostum para pemain pun digarap serius, sehingga penonton serasa diboyong ke masa penjajahan Belanda dahulu.
Film ini membuka mata kita pada kesulitan-kesulitan yang dialami Kartini dalam umurnya yang pendek, serta bagaimana pemikirannya terbentuk. Juga, film ini agaknya menyadarkan banyak orang bahwa perayaan hari Kartini masa kini dengan mewajibkan parade, fashion show, dan sesi foto-foto dalam kostum tradisional itu boleh jadi bertentangan dengan cita-cita Kartini sesungguhnya untuk memodernisasi negeri ini menjadi sebuah tempat di mana setiap orang, khususnya wanita, bisa membuat pilihan-pilihannya sendiri, baik itu mengenai akan menikah atau tidak, siapa yang akan dinikahi, akan belajar hingga setinggi apa, juga untuk tidak melakukan ritual tradisi bila itu bertentangan dengan keinginan hati. Sungguh sebuah film yang mencerahkan.
Jika ada kekurangan film Kartini, maka itu terletak pada musik latar yang sebenarnya bisa dikerjakan dengan lebih baik. Juga pada transisi bahasa Jawa-Indonesia yang kurang tertata. Bagi penonton yang memahami bahasa Jawa, maka kadang-kadang akan terdengar kurang pakem, diantaranya karena dalam sejumlah situasi beberapa tokoh jadi terdengar agak lancang pada tetuanya.