Film - Film Hebat Ini Ternyata Masih Diragukan Kesuksesannya (Bagian 1)

Galuh Mustika View: 3147

Dunia perfilman Hollywood telah dipenuhi berbagai macam sinema dari berupa-rupa genre. Ada yang bergelimang kesuksesan, namun tak jarang pula beberapa diantaranya harus puas dicap gagal. Seringkali keberhasilan sebuah film diukur dari pencapaian Box Office atau ulasan kritiknya. Bagi yang berhasil mengawinkan kesuksesan dua tolak ukur tersebut, tak diragukan lagi bisa disebut sebagai film yang kehebatannya diamini hampir semua pihak.

Sebagus apapun sebuah film, pasti bakal ada sisi negatifnya. Namun bagaimana jika sebuah film 'hebat' justru diyakini tak layak mendapatkan kesuksesan, baik di ranah Box Office ataupun pujian kritik? Berbagai faktor seperti kelemahan pada plot, buruknya karakterisasi, hingga pesan moral ambigu pun bermunculan untuk mendukung anggapan tersebut. Film-film hebat mana sajakah yang masih diragukan karena dinilai tak layak memperoleh kesukesannya?

1. The Exorcist (1973)

Box Office: 402.7 - 441.3 juta USD
Penghargaan:

  • Academy Awards: Memenangkan Best Adapted Screenplay, Best Sound Mixingn,  dinominasikan di 10 kategori termasuk Best Picture dan Best Actress.
  • Golden Globe Awards: Best Motion Picture, Best Director, Best Supporting Actress, Best Screenplay, dinominasikan di 7 kategori.

The Exorcist
Digelari sebagai film horor paling menakutkan dan meraup pendapatan Box Office fantastis di masanya, kehebatan The Exorcist memang sepintas terlihat super. Terlebih lagi, film arahan sutradara William Friedkin itu menjadi film horor pertama yang bisa tembus nominasi Academy Awards dan menggondol Piala Oscar. Penulis kenamaan Stephen King mengagumi The Exorcist, bahkan sutradara sekaliber Martin Scorsese (Gangs of New York, The Wolf of Wall Street) menempatkannya sebagai salah satu film horor terseram di daftarnya. Tapi nyatanya, The Exorcist tak luput dari komentar miring seputar kesuksesannya.

Film ini memang mengandung unsur-unsur ekstrim seperti adegan kepala berputar, suara anak kesurupan, serta berbagai gambaran serupa yang jika dilihat dari sisi lain, justru bisa mengundang tawa. Penikmat film yang terbiasa dimanjakan efek visual modern jelas tak akan terkesan dengan The Exorcist. Namun terlepas dari unsur grafis, plot film ini juga sebenarnya tak terlalu impresif. Kisah tentang seorang anak perempuan yang kesurupan tak didukung oleh latar belakang meyakinkan, penyelesaian konfliknya pun terkesan hampa meski adegan klimaksnya mampu menyajikan tontonan menegangkan. The New York Times, Rolling Stone, Entertainment Weekly, dan jurnalis-jurnalis film seperti Andrew Sarris serta Kim Newman pun beramai-ramai melontarkan pendapat negatif untuk torehan gemilang The Exorcist. Novelis James Baldwin bahkan menulis esai panjang untuk memaparkan kekurangan film tersebut.

Mungkin jika The Exorcist tidak digelari film horor legendaris paling menakutkan, nada kekecewaan tak akan banyak terlontar. Dengan status pemenang Oscar sekaligus pencetak rekor Box Office di tahun rilisnya, penggemar film tentu mengharapkan tontonan berkualitas, lengkap dengan unsur-unsur yang membuat bulu kuduk merinding. Namun faktanya, ekspektasi kebanyakan penonton justru tak terpenuhi. Hal inipun mengantarkan The Exorcist sebagai film yang kehebatannya masih dipertanyakan.


2. Forrest Gump (1994)

Box Office: 677.9 juta USD
Penghargaan:

  • Academy Awards: 6 Piala, termasuk untuk Best Picture, Best Actor in a Leading Role, serta Best Director dari 13 Nominasi Oscar
  • Golden Globe Awards: 3 Kemenangan dari 7 Nominasi
  • BAFTA Awards: Outstanding Achievements in Special Effect dan mendapat nominasi di 8 kategori, termasuk Best Film serta Best Actor in a Leading Role

Forrest Gump
Forrest Gump boleh jadi dianggap sebagai film ikonik nan sensasional. Namun karya Robert Zemeckis ini ternyata menjadi salah satu sinema yang paling sering disebut-sebut tak pantas menerima kesuksesan luar biasanya. Forrest Gump memang bagus, tapi dianggap tak sehebat Pulp Fiction dan The Shawshank Redemption, pesaing-pesaingnya di kategori Best Picture dalam gelaran Academy Awards ke-67. Kemenangan itu barangkali telah menjadi pemicu awal dari banyaknya pandangan negatif terkait keberhasilan Forrest Gump.

Tak cuma masalah penghargaan saja, karakter Forrest Gump yang diperankan Tom Hanks juga dinilai menyiratkan pesan ambigu. "Sebagai sosok tak berpendirian dan bisanya cuma ikut perintah orang, Gump menjadi pahlawan perang dan kemudian jutawan kaya. Sedangkan temannya, Jenny yang punya pemikiran sendiri justru harus menderita. Ia mengalami pelecehan seksual, terkena AIDS, dan hamil diluar nikah", demikian catat Alex Caine dari therichest.com. Hal inipun diamini oleh Entertainment Weekly dan The New York Times yang sama-sama mempertanyakan karakter Tom Hanks di film ini.

Forrest Gump memang salah satu tipe film klasik yang mengesankan. Tapi jika dipikir lagi, keberhasilan demi keberhasilan tokoh Forrest Gump di film itu memang lebih banyak diliputi unsur keberuntungan karena sifatnya yang baik hati dan penurut. Jika bukan karena kemalangan Jenny si pemberani, mungkin Forrest Gump tak akan terlalu dipertimbangkan sebagai film yang mengarahkan penontonnya untuk menjadi pasif dan tak kritis. Alsan inipun cukup mengantarkan Forrest Gump dalam daftar film yang kehebatannya masih jadi perdebatan.

 

3. Titanic (1997)

Box Office: 2.187 milyar USD
Penghargaan:

  • Academy Awards: 11 Piala (termasuk Best Picture, Best Director) dari 14 nominasi
  • Golden Globe Awards: Memenangkan 4 penghargaan dari 8 nominasi
  • BAFTA Awards: 10 nominasi

Titanic
Siapa yang tak kenal Titanic? Film ini telah menjabat sebagai sinema terlaris sepanjang masa selama lebih dari 10 tahun, sebelum akhirnya digulingkan Avatar di tahun 2009. Tak cukup dengan prestasi tersebut, Titanic juga diagungkan kritik dan mencatatkan rekor penghargaan di Academy Awards. Karena itu, tak heran bila film arahan James Cameron ini sering masuk dalam daftar film favorit hampir semua orang.

Percaya atau tidak, film sekelas Titanic pun ternyata juga tak lolos dari kritikan. Meski tak mendapat terpaan kritik sebanyak The Exorcist dan Forrest Gump, beberapa aspek penting seperti dialog juga penulisan naskah disorot sebagai poin negatif dari Titanic. Richard Corliss dari majalah Time, jurnalis-jurnalis Los Angeles Times dan The San Francisco Examiner, serta Robert Altman dan Richart Davenport-Hines adalah pihak-pihak yang mengaku kecewa terhadap keberhasilan film legendaris ini. Dibandingkan efek visual menawan serta performa berkelas bintang-bintangnya, dialog yang dibawakan di Titanic terkesan lemah, begitu pula sisi penulisan naskahnya.

Thecinemaholic.com menyebutkan ketimpangan alur cerita di awal dan penghujung film sebagai kekurangan Titanic. "Awal film sangat lambat nan membosankan, dan baru di satu jam terakhir film ini menawarkan ketegangan dan sensasi yang jauh berseberangan dengan awal filmnya." demikian ungkapnya. Yang lebih aneh, Titanic pernah "mendadak tak disukai", utamanya di awal tahun 2000-an karena dianggap terlalu mainstream. Majalah Inggris Empire bahkan sempat menurunkan ratingnya untuk memenuhi selera pembaca yang sudah bosan terseret arus Titanic, meski pada akhirnya kembali menaikkan rating penilaiannya. Ini bisa jadi salah satu kasus langka dimana sebuah film jadi tak disukai karena saking bagus dan populernya.


4. The Matrix (1999)

Box Office: 463.5 juta USD
Penghargaan
:

  • Academy Awards: Sapu bersih penghargaan di nominasi Best Film Editing, Best Sound, Best Sound Effects Editing, Best Visual Effects
  • BAFTA Awards: Best Sound, Best Special Visual Effects, serta dinominasikan di 3 kategori lain

The Matrix
The Matrix tak diragukan lagi adalah film penting yang mengubah dunia perfilman Hollywood, khususnya di genre action dan sci-fi. Selain mendapat kesukesan di Box Office, The Matrix juga mengumpulkan banyak penghargaan di ajang-ajang bergengsi. Bahkan para pembuat film kenamaan seperti Joss Whedon (Toy Story, Seri Avengers), Quentin Tarantino (Pulp Fiction, The Hateful Eight), M. Night Shyamalan (The Sixth Sense, Signs), dan aktor sekaligus penulis naskah Simon Pegg (Seri Mission: Impossible, Seri Star Trek) turut mengagumi film ini.

Akan tetapi, ada sebab mengapa film yang dibintangi Keanu Reeves ini dinilai tak layak mendapatkan kesuksesan masifnya. The Matrix banyak dianggap tak berbobot, cuma berisi action yang di zaman ini tampak tumpul dan jadul. Jonathan Rosenbaum dari media Chicago Reader pun mengamini review tersebut, yang kemudian disetujui oleh Roger Ebert. Bagi mereka, The Matrix hanya bagus di awalnya saja, sedang di bagian akhir ada terlalu banyak unsur action sehingga mengabaikan esensi cerita.

Melihat koleksi kemenangannya (termasuk dari Academy Awards), bukankah paling tidak The Matrix mestinya mampu menyajikan konsistensi cerita? Well, dengan semakin tergesernya relevansi The Matrix oleh film-film action dan sci-fi yang menawarkan visual semakin bagus dari tahun ke tahun, kita bisa melihat alasan mengapa sinema ini dianggap tak cukup pantas mendapatkan raihan prestasinya. The Matrix memang layak disebut salah satu pelopor, tapi ia tak mampu mempertahankan eksistensinya dengan konten berbobot. Padahal, hanya dengan aspek-aspek non-visual lah sebuah film lama bisa menjadi sajian klasik yang bertahan menghadapi gempuran film-film modern.


5. Crash (2004)

Box Office: 98.4 juta USD
Penghargaan:

  • Academy Awards: Best Picture, Best Film Editing, mendapat 6 nominasi
  • Golden Globe Awards: Nominasi di kategori Best Screenplay, Best Supporting Actor - Motion Picture
  • BAFTA Awards: Best Screenplay - Original dan Best Supporting Actress, dan dinominasikan di 7 kategori lain

Crash film

Film ini sebelumnya sudah masuk dalam daftar pemenang Oscar yang paling disesalkan. Crash bukannya jelek, hanya saja dianggap tak pantas mengalahkan Brokeback Mountain dalam kategori Best Picture di Academy Awards. Selain itu, ada pula isu mengenai konten rasisme yang kurang realistis. Layaknya The Exorcist, film ini sebenarnya tak akan dikritik berlebihan kalau saja tidak dianugerahi gelar yang oleh banyak pihak dianggap terlalu berlebihan.


Artikel ini bersambung ke bagian 2

Galuh Mustika

Penggemar film Barat yang doyan nonton segala genre, terutama petualangan dan fantasi. Pengagum karya-karya David Fincher, Christopher Nolan, Guillermo Del Toro, Steven Spielberg, dan Bong Joon-ho. Secara tak terduga juga suka perhatian sama drama dan film Korea. Hasilnya? Still try finding the best of both worlds.

Lihat profil selengkapnya






Artikel Lain
Review Film




Berita Popular




Review Pembaca
ivan menulis "."
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 3: Final Mission >>
kevin menulis "ini di indo perkiraan masuk kapan ya "
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 3: Final Mission >>
Jakli Blythe menulis "katnya bluraynya mau keluar bulan februari lah sekaranh udah maret masih blom kluar juga hadeh"
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 2: End Of Sky >>
Dimas yosua cahyo menulis "Gimana yaa cara nonton high & low yg ini,,  saya penasaran sama kelanjutan film nyaa,,  tolong kasih link plis"
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 2: End Of Sky >>