Beauty And The Beast 2017: Dimana Homonya?

Nadia Sabila View: 3021

Sudah nonton Beauty and The Beast (2017)? Bagaimana tanggapan Anda? Yap, film Disney yang sedang hits sejak minggu lalu itu memang menyedot banyak perhatian, khususnya kaum hawa di Indonesia. Saya sendiri hanya pernah membaca dongengnya dan baru menonton Beauty and The Beast versi film tahun ini. Sebelumnya, film dengan tokoh utama bernama Belle (Emma Watson) ini pernah ditayangkan versi animasi (kartun) pada tahun 1991.

Adegan awal, saya sedikit mengernyitkan dahi. Di dongengnya pada versi Gabrielle-Suzanne Barbot de Villeneuve, Belle diceritakan sebagai anak bungsu dengan dengan dua kakak perempuan yang perangainya tidak secantik Belle. Akan tetapi, di film musikal ini Belle adalah anak tunggal. Begitu juga saat tokoh Gaston muncul. Dalam dongengnya, tokoh Gaston tidak ada, apalagi LeFou. Mungkin mereka inilah yang difungsikan sebagai pengganti kakak-kakak Belle.

Anyway, keheranan itu tidak berarti besar. Sang sutradara Bill Condon tentu tak ingin membuat film live action ini menyeleweng jauh dari versi animasinya pada tahun 1991. Selain itu, perbedaan antara novel dan layar lebar adalah sebuah hal yang biasa, bukan?


Dark Tapi Jenaka

Menurut saya, Beauty and The Beast tahun 2017 ini menawarkan efek CGI yang cukup memukau. Sayangnya sedikit tidak lebih baik dari The Jungle Book. Dalam beberapa karakater, sentuhan CGI untuk Beauty and The Beast tampak kurang smooth, khususnya di karakter Beast. Namun, tak masalah karena jika tak diamati betul-betul masih tidak kentara.

gaston-dan-belle

Nuansa yang diangkat, dalam scene-scene awal cenderung ke dark. Akan tetapi, tidak sepenuhnya Dark terutama jika sedang menampilkan adegan-adegan orang yang dikutuk sebagai barang pecah belah. Menurut saya inilah keunggulan live action Beauty and The Beast, tetap bisa menghadirkan tawa dalam setting yang dark.

Prancis Tapi British

Adapun yang sedikit mengganjal di telinga saya adalah aksen para pemain. Jelas sekali bahwa latar belakang film Beauty and The Beast ini sangat Prancis. Tetapi, sebagian besar karakter, utamanya Belle, melafalkan dialog dengan aksen asli mereka yang sangat British. Satu-satunya karakter yang menurut saya berhasil melafalkan France-British adalah Ewan McGregor yang memerankan Lumiere.

dan-stevens


Selain itu, saya pribadi merasa Dan Stevens kurang charming untuk memerankan pangeran. Transisi dari Beast ke pangeran seharusnya menjadi momentum klimaks yang ditunggu-tunggu. Ekspektasi penonton terhadap rupa sang pangeran tampan pasti sangat tinggi di sini. Nah, momentum inilah yang gagal saya dapatkan dari Dan Stevens. Bukan tidak tampan, tapi tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Bayangan saya adalah sosok pria dengan wajah seperti Robert Pattinson atau Ben Barnes. Ini murni opini saya lho, ya! Hihi..

 


Mana Yang Dikatakan Homoseksual?

Saya juga sempat bertanya-tanya tentang adegan homoseksual yang santer terdengar dari film ini. Nyatanya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan menurut saya. Karakter LeFou (Josh Gad) memang sedikit kemayu, tapi bukan berarti dia berorientasi menyimpang. Adapula adegan dansa dengan sesama pria. Namun, semua ditampilkan dengan wajar dan tak ada aroma homoseksual di sini.

gaston-and-lefou

Mengherankan juga komite perfilman beberapa negara bisa segempar itu. Atau mungkin gunting KPI sudah bekerja di sini, entahlah. Di mata saya semua adegan di Beauty and The Beast versi live action ini terbilang aman. Sudah sesuai dengan kode rating film yang disematkan: R13+.


Terlepas dari semua itu, live action Beauty and The Beast bisa disejajarkan dengan Maleficent. Tim artistik dan wardrobe sukses akan kerja kerasnya untuk menghidupkan nuansa fairy tale di film ini. Sebagai film musikal, Beauty and The Beast menyuguhkan nada-nada klasik yang cukup kawin dengan nuansa fairy tale. Awesome!

Score: 8.5/10

Nadia Sabila

Mantan anggota teater di kampus dan suka menonton film animasi Barat, drama, komedi, dan sci-fi. Meski bertampang sangar, ia kurang berminat pada film yang banyak mengandung adegan-adegan mengagetkan dan sadis. Kadang suka salah fokus lebih memperhatikan soundtrack-nya daripada film-nya.

Lihat profil selengkapnya






Artikel Lain
Review Film




Berita Popular




Review Pembaca
ivan menulis "."
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 3: Final Mission >>
kevin menulis "ini di indo perkiraan masuk kapan ya "
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 3: Final Mission >>
Jakli Blythe menulis "katnya bluraynya mau keluar bulan februari lah sekaranh udah maret masih blom kluar juga hadeh"
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 2: End Of Sky >>
Dimas yosua cahyo menulis "Gimana yaa cara nonton high & low yg ini,,  saya penasaran sama kelanjutan film nyaa,,  tolong kasih link plis"
Di Review Film HIGH & LOW THE MOVIE 2: End Of Sky >>